Aristoteles adalah
seorang filsuf yang sangat terkenal, hasil-hasil pemikiranya sangat diperlukan
dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Aristoteles lahir di Stageira
– Chalcidice, dekat dengan perbatasan negara Macedonia, ayahnya bernama
Nicomacus yang bekerja sebagai tabib di istana raja Amyntas di Macedonia. Raja
Amyntas adalah ayah dari raja Filippus dan Filippus merupakan ayah dari kaisar
Alexander Agung.
Meskipun pekerjaan
Ayahnya adalah seorang tabib, tak ada yang bisa memastikan secara jelas apakah
sang ayah mengajarkan Aristoteles ilmu ketabiban.
Pada usia 18 tahun (365
SM). Aristoteles meninggalkan Macedonia dan berangkat ke Athena unutk memenuhi
panggilan spiritual-ilmiah, dan Ia belajar di Akademia Platonis. Disinilah
Aristoteles kemudian mengembangkan pengetahuanya di bidang filsafat, dan selama
kurang lebih 20 tahun Aristoteles belajar di Akademia Platonis, sampai pada
akhirnya sang guru besar “Plato” mangkat.
Setelah plato meninggal
pada tahun 347, Akademia di pimpin oleh Speusippo. Namun, Plato merasa berbeda
pandangan dengan Speusippos, dan pada akhirnya plato pun memutuskan untuk pergi
dari Akademia dan singgah di Asia kecil.
Selama Mytilenes, Aristoteles
menikahi putri angkat Hermias bernama Pythias. Dari perkawinan ini Aristoteles
mendapat seorang putri yang juga diberi nama Pythias. Namun, Pythias meninggal
dan setelah istrinya Pythias meninggal
dunia, Aristoteles menikah lagi dengan Herpyllis dan mendapat seorang putera
yang diberi nama Nicomacus. Aristoteles meninggal tahun 322 SM
Hasil
pemikiran Aristoteles sangat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada
masa sekarang, hal itu dapat dibuktikan dengan banyaknya hasil karya dari
pemikiran beliau, terutama dalam bidang fisika. Namun, agar lebih mudah
membahasnya, hasil karya Aristoteles dapat di bagi kedalam dua kategori.
Kategori
pertama diperuntukkan bagi publik dan mengambil bentuk dialog-dialog. Karya
tersebut disebut eksoteris. Kategori kedua diperuntukkan hanya bagi para
murid dan merupakan hasil aktivitas didaktis. Karya ini disebut esoteris.
Karya-karya dalam kategori pertama hampir lenyap semuanya, kecuali Retorika,
Protrettikus, Tentang Filsafat, Seputar Ide,
Tentang Kebaikan, Eudemo atau Tentang Jiwa. Yang masih kita wariskan
hingga saat ini berasal sepenuhnya dari karya-karya esoteris. Karya-karya
eksoteris dan esoteris terangkum dalam Corpus Aristotelicum meliputi Organon,
Kategori, Tentang Interpretasi, Analisis Pertama dan Kedua, Buah Tutur,
Konfutasi Sofistik, Fisik, Langit, Kelahiran dan Kehancuran, Meteorologi, Jiwa,
Anak Kandung, Metafisika, Etika Nicomachea, Etika Utama, Etika
Eudemia, Politik, Poetika, Retorika, Sejarah Binatang, Bagian-Bagian Binatang,
Gerak-Gerak Hewan, Kelahiran Binatang.
Aristoteles membagi ilmu pengetahuan kedalam
3 kelompok besar, yakni :
1.
Ilmu Teoritis
Adalah ilmu yang
mencari pengetahuan dan pemahaman
2.
Ilmu Praktis
Adalah ilmu yang
mencari pengetahuan, dan pengetahuan itu bermaksud untuk mencapai kesempurnaan
moral.
3.
Ilmu poietis
atau prduktif
Adalah ilmu yang
mencari pengetahuan tentang bagaimana untuk menghasilkan suatu barang tertentu
atau jasa.
Dari ketiga kelompok
besar tadi, maka tercetus 2 ilmu yang paling di populer. Yakni metafisika dan fisika karena di dalamnya merangkum psikologi dan matematika.
Prinsip
atau hukum adalah pernyataan yang mengandung kebenaran universal; sebaliknya
ada kebenaran khusus, yaitu kebenaran yang hanya berlaku bagi beberapa hal
saja.
Setiap
cabang ilmu pengetahuan pasti mempunyai prinsip dasar tertentu, tak terkecuali
dengan logika. Prinsip dasar dalam logika adalah segala kebenaran yang dalam
logika dan semua pemikiran kita harus didasarkan pada kebenaran ini supaya
pikiran itu valid.
Aristoteles
merumuskan tiga buah prinsip/hukum, yakni hukum identitas, hukum kontradiksi,
dan hukum penyisihan jalan tengah.
·
Hukum Identitas
(Law of Identity).
Adalah hukum yang berbunyi, “suatu benda adalah
benda itu sendiri, tak mungkin yang lain. Dan jika di simbolkan akan berbunyi
“A adalah A, tak mungkin B”. Jadi arti yang benar dari suatu benda adalah sama
selama benda itu dibicarakan atau dipikirkan. Kita tak boleh merubah
atribut-atribut dari benda itu sendiri, karena jika kita merubah
atribut-atribut itu sendiri berarti konsep dari benda itu pun akan berubah
pula.
·
Hukum Kontradiksi
(Law of Contradiction)
Hukum ini menyatakan bahwa dua sifat yang berlawanan
tidak mungkin ada pada suatu benda pada waktu dan tempat yang sama. Atau jika
kita analogikan, “meja itu berwarna hijau
dan pasti berwarna hijau”, tidak mungkin berbunyi “meja itu hijau dan
tidak berwarna hijau”, atau contoh yang lain nya, “benda itu bentuknya besar
dan kecil”.
·
Hukum Jalan
Tengah (Law of Ecluded Middle).
Sekilas, prinsip atau hukum ini terlihat sama. Hukum
Jalan Tengah menyatakan bahwa dua sifat yang berlawanan tidak mungkin dimiliki
satu benda, hanya satu sifat yang bisa dimiliki oleh suatu benda.
Contoh,
“A” harus “B”, atau “tidak B”.
Pada hukum kontradikisi, dua sifat
tidak mungkin benar pada suatu benda, salah satunya haruslah bernilai salah.
Dan pada hukum penyisihan jalan tengah, du sifat yang berbeda tak mungkin
bernilai salah pada suatu benda, salah satunya harus ada yang bernilai benar.
Jadi, jika kedua prinsip ini
digabungkan, maka kebenaran salah satu dari dua hal yang berkontradikisi,
menunjukan kesalahan yang lainya dan kesalahan yang satu menunjukan kebenaran
yang lainya.
·
Hukum Cukup
Alasan.
Hukum ini
sebenarnya adalah hukum tambahan dari hukum identitas.
Hukum ini mengatakan,
“jika ada sesuatu kejadian pada suatu benda, hal itu harus mempunyai alasan
yang cukup. Demikian juga jika ada perubahan pada suatu benda itu”.
Contoh, “air membeku”, air membeku karena adanya
suhu dibawah titik beku disekitar air itu, dan suhu itu bertahan dengan waktu
yang cukup lama untuk membekukan air tersebut.
Kenapa hukum ini merupakan hukum tambahan dari hukum
identitas? Karena secara tidak langsung, hukum ini menyatakan bahwa suatu benda
haruslah tetap, tidak berubah. Adapun jika ada perubahan/penambahan, harus ada
sesuatu yang mendahuluinya, yang cukup untuk menyebabkan perubahan tersebut.
Selain
itu, pemikiran Aristoteles itu radikal.
sang
guru “Plato”, mengatakan bahwa Realitas tertinggi adalah apa yang kita
pikirkan. Sedangkan menurut Arristoteles, Realitas tertinggi adalah apa yang
diterima oleh indra kita.
aristoteles
pun tidak menyangkal pendapat Plato yang menyatakan, bahwa manusia memiliki
ide/akal bawaan sejak Ia lahir. Namun, menurut Aristoteles, yang membuat
manusia itu berbeda dengan mahkluk lainya adalah karena akal itu sendiri
Daftar Pustaka
Giovanni Reale, Storia della
Filosofia Antica, I, II, Milano: Vita e Pensiero, 1997.
Mehra Singpartap, Burhan Jazir. Pengantar Logika Tradisional. Binaporta,
Bandung. 1968
http://filsafat.kompasiana.com/2012/04/13/pola-pemikiran-socrates-plato-dan-aristoteles-454235.html
0 komentar:
Posting Komentar